“Bagaimana rasanya menjadi ‘bukan siapa-siapa'?” Clara
menatap Salma datar. “Bagaimana rasanya
menjadi ‘seperti orang kebanyakan’ atau rakyat jelata – istilah yang kamu
berikan pada mereka yang serba kekurangan?”
Salma terdiam. Raut wajahnya menyiratkan sejuta kegeraman.
Bibirnya terkatup rapat namun dia menulikan telinganya. Kata-kata Clara
terdengar begitu lembut namun menyakitkan.
Mengiris telinganya.
“Aku ikut berduka untukmu, karena kamu dan keluargamu
bangkrut.” Clara berhenti sesaat dan menarik napas panjang. Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya,
beberapa helai voucher makanan. “Mungkin
kamu membutuhkan ini…” dia menyodorkan voucher keatas meja.
Serta merta Salma melotot. Trik itu berhasil membuat Salma
meradang. “Dasar dodol! Apa kamu pikir aku tidak mampu lagi membeli
makanan?!” bentaknya. Clara tersenyum. “Aku
tahu kamu mampu, kamu masih punya banyak simpanan. Tapi mungkin nanti kamu akan
membutuhkan ini. Ini voucher buffet hotel bintang lima. Kamu tidak makan makanan pinggir jalan,
bukan? Kamu dapat makan
sekenyang-kenyangnya sambil meratapi asset-assetmu yang dibekukan satu demi
satu.”
Salma segera berdiri. Dia sangat marah dan terhina. “Aku tahu semua ini adalah ulahmu, dan ulah ayahmu! Aku tidak dilahirkan untuk dikalahkan,
mengerti?!”
“Tentu…” Clara menjawab santai. Dia memandang Salma dari
tempat duduknya. “Kamu berpikir kamu
masih memiliki banyak teman untuk
membantumu. Seperti…. Ethan.”
“Aku bukan manusia cengeng yang perlu bantuan! Kamu salah orang!” serunya lagi. Giginya gemeletuk menahan geram. Ingin rasanya ditonjoknya wajah gadis manis
yang bersikap santun, namun terasa memuakkan.
“Aku menghitung setiap hari, dan kali ini aku tidak akan salah
lagi.” Kata Clara gamang. “Aku sangat yakin kamu akan berlari mencari Ethan.
Namun aku akan memastikan dia tidak akan mampu membantumu.”
“Kamu tidak kenal Ethan, Clara! Hubungan kalian adalah dusta. Kamu memalukan…” dengus Salma. Salma memandang Clara sinis. Dia tidak habis pikir bagaimana gadis itu
menghiba cinta seorang Ethan yang jelas-jelas… bukan untuknya.
“Aku kenal Ethan. Aku
tahu dia sangat mencintaimu,” katanya tertahan.
Clara bangkit dari duduknya. “Namun
aku akan memastikan dia meninggalkanmu, karena dia mencintaimu.”
Salma menyeringai. Dia segera memutar tubuhnya. Clara menahannya dengan kata-kata yang
semakin tajam. “Aku tahu kamu baru mulai belajar berdoa. Kamu akan menyebut namaku, didalam doamu.”
“Dasar plagiat, kamu baru saja mengutip kata-kata mutiaraku!
Cari kata lain untuk dirimu yang memalukan!”
“Kamu harus lebih banyak berdoa, Sal. Sebelum terlambat.”
1 comment:
Jadi, gimana lanjutannya??
Ga sabar banget asli!
Post a Comment